Selasa, 13 November 2012

PENULISAN ANGKA DAN BILANGAN


Mar 23, '08 2:57 AM
untuk semuanya
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Bentuk angka biasa        : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Bentuk angka Romawi    : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M, V

Jika dibandingkan, maka kedua bentuk angka tersebut adalah sebagai berikut:
I     = 1
II    = 2
III    = 3
V    = 5
X    = 10
L    = 50
C    = 100
D    = 500
M    = 1000

Perlu diingat bahwa penambahan dan pengurangan nilai dengan menuliskan angka tambahan dan pengurangan di belakang dan depan bilangan sebelumnya hanya dapat dilakukan paling banyak tiga kali untuk penambahan dan satu kali untuk pengurangan.
Contoh:
V    = 5
VI   = 6     (penambahan satu kali)
VIII  = 8     (penambahan tiga kali)
IX    = 9     (penambahan satu kali)
X     = 10

Demikian juga halnya terhadap lambang bilangan Romawi yang lain.
Contoh:
L                = 50
LI               = 51     (adalah 50 + 1)
XL              = 40     (salah jika XXXX)
LXV             = 65    (adalah 50 + 15)
LIX              = 59     (adalah 50 + 9)
MCMXCIX    = 1999

2. Angka digunakan untuk menyatakan:
    a. Ukuran panjang;
    b. Ukuran berat;
    c. Ukuran isi;
    d. Satuan waktu; dan
    e. Nilai uang.
Contoh:
a. Ukuran panjang
    15 meter            (15 m)
    0,5 kilometer      (0.5 km)
    123 desimeter    (123 dm)

b. Ukuran berat
    145 kilogram      (145 kg)
    1,5 gram            (1,5 g)
    703 kwintal        (703 kw)

c. Ukuran isi
    6 liter                (6 l)
    48 kubik            (48 kubik)

d. Satuan waktu
    2 jam 38 menit
    pukul 13.00
    30 Nopember 1988

e Nilai uang
    1000 rupiah        (Rp 1000,00)
    50 dolar Amerika
    10 pon Inggris

3. Angka juga lazim dipakai untuk menandai nomor rumah, jalan, apartemen, hotel, atau kamar pada alamat (kediaman seseorang)
Contoh:
Jalan Pahlawan No. 140
Hotel Mesra, Kamar 500
Jalan Sulaksana III No. 54

4. Angka dugunakan juga untuk menomori karangan atau bagian-bagiannya.
Contoh:
Bab V, Pasal 8, halaman 34
Bab XII, Pasal 23, halaman 4

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiap-tiap bagian kata.
Contoh:
23    dua puluh tiga        (benar)
        duapuluh tiga        (salah)
134    seratus tiga puluh empat
508    lima ratus delapan

6. Penulisan bilangan pecahan
Contoh:
1/2    = setengah
3/4    = tiga perempat
4/16  = empat perenam belas
3 2/3 = tiga dua pertiga
10%  = sepuluh persen
0,2    = dua perpuluh
2,5    = dua lima perpuluh, atau dua setengah
1,09  = satu sembilan perseratus

7. Penulisan kata bilangan tingkat (bertingkat) dapat dilakukan dengan cara memakai angka biasa, angka Romawi, atau dengan mempergunakan huruf.
Contoh:
a. Dengan angka biasa:
    Dia anak ke-2 dari keluarga Paman
    Bacalah Bab-3!

b. Dengan angka Romawi:
    Ia adalah keturunan Hamengku Buwono IX
    (dibaca Hamngku Buwono kesembilan)
    Kakakku sekarang berkuliah pada tingkat VI
    (dibaca tingkat keenam)

c. Dengan huruf:
    Sekarang masik abad kedua puluh
    Di keluarganya ia termasuk anak kelima
    Ali adalah pemenang keseratus sepuluh

8. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an.
Contoh:
a. Contoh dengan angka biasa:
    Lagu itu terkenal pada tahun 80-an.
    Tukarkan uang 5.000-an dengan 1.000-an.

b. Contoh dengan huruf:
    Usianya sekitar tujuh puluhan.
    Uangnya jutaan.
    Tukarkan uangku dengan lima ribuan.

9. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf (tidak dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapa lambang bilangan yang dirinci secara berurutan sebagaimana halnya dalam bentuk paparan.
Contoh:
Dalam sehari ia makan dua kali.
Usianya dua puluh tahun.
Dari 50 peserta, 15 orang ikut, dan 35 orang lainnya tidak ikut.
30 remaja putri, 15 remaja putra, dan 10 balita.

10. Lambang bilangan pada awal kalimat harus senantiasa ditulis dengan huruf.
Contoh:
Enam belas tahun yang lalu ia meninggal.
Lima saudaranya laki-laki semua.
Dua ratus para calon mahasiswa diterima.

Catatan:
Harus diingat bahwa angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat. Oleh sebab itu harus diupayakan dengan mengubah susunannya sehingga memungkinkan tidak adanya angka biasa pada awal kalimat.

Perhatikan ketentuan di atas kemudian perhatikan pula contoh kalimat di bawah ini!
15 orang diberangkatkan.                       (salah)
Lima belas orang diberangkatkan.           (benar)
Diberangkatkan 15 orang.                       (salah)
Diberangkatkan 15 laki-laki, 12 wanita.     (benar)
Dipanggil 115 orang.                               (salah)
Seratus lima belas orang dipanggil.          (benar)

11. Angka yang menyatakan bilangan bulat yang nilainya besar dapat dieja sebagian agar lebih mudah dibaca.
Contoh:
Modal industri kecil mencapai 200 juta rupiah.

12. Khusus untuk dokumen resmi, angkanya perlu dituliskan pula dengan huruf. Misalnya pada kuitansi atau akta-akta perjanjian.
Contoh:
Pada kuitansi sering ditulis:
Banyaknya uang terbilang    : Dua puluh ribu lima ratus rupiah.
Tercatat juga                       : Rp. 20.500,00

13. Penulisan lambang bilangan dengan mempergunakan angka dan huruf pada dokumen atau akta harus secara tepat menunjukkan nilai (jumlah) yang sama.
Contoh:
Bersama ini kami kirim 80.898 (delapan puluh ribu delapan ratus sembilan puluh delapan) bata merah.

HURUF KECIL, HURUF MIRING



1. Penggunaan huruf kecil
Huruf kecil digunakan pada posisi-posisi yang tidak menggunakan huruf besar.
2. Penggunaan huruf miring.
Huruf miring digunakan dalam cetakan, dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak miring, diberi garis bawah tunggal.
Huruf miring digunakan untuk :
1. Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar yang dikutip dalam karangan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.

KATA DEPAN " ANTARA"


Kata depan {antara}

Pemakaian preposisi (kata depan) antara dalam kalimat bahasa Indonesia. Apakah antara bisa disandingkan dengan konjungsi (kata penghubung) dengan {antara ... dengan ...}, dan {antara ... dan ...},sampai {antara ... sampai ...}, atau {antara ... atau ...}, dan kata kerjamelawan {antara ... melawan ...}? Apa perbedaan kalimat Kerajaan itu ditaklukkan antara tahun 1774 dan 1778 dengan Kerajaan itu ditaklukkan sejak tahun 1774 hingga 1778?


Kata depan antara sangat sering ditulis berbareng dengan kata-kata penghubung, seperti danatausampai, dan dengan. Dalam [ke]banyak[an] kalimat yang kutemukan, antara lain pada berita surat kabar, akan "lebih aman" dan lebih tepat menggunakan preposisiantara diiringi dengan konjungsi dan. Kendati begitu, pada kasus kalimat tertentu, kata penghubung dengan juga masih pantas dan tak begitu menyimpang kalau disandingkan dengan kata depan antara.

Kata depan (preposisi) antara dan kata penghubung (konjungsi)

{antara ... dengan ...}
Sebagai contoh, kalimat Konflik antara KPK dan Polri lebih tepat daripada Konflik antara KPK dengan Polri. Bila ingin tetap memakai kata penghubung dengan, menurutku, sebaiknya kata depan antaraditiadakan saja: Konflik KPK dengan Polri.

{antara ... dan ...}
Pada lema antara dengan makna "di tengah-tengah dua waktu (peristiwa, bilangan, bobot)", buku Kamus Besar Bahasa Indonesiamencontohkan pemakaiannya dalam kalimat Kerajaan itu ditaklukkan antara tahun 1774 dan 1778. Berdasarkan makna kataantara yang dimaksudkan KBBI (di tengah-tengah dua waktu ...) pada kalimat itu, tidak diketahui tahun berapa persisnya kerajaan ditaklukkan. Bisa jadi tahun 1774, 1775, 1776, 1777, atau 1778. Mungkin juga tahun 1774 hingga 1777, atau 1775 sampai 1776, dst.

{antara ... sampai ...}
Bila yang dimaksud bahwa kerajaan ditaklukkan selama periode tahun 1774–1778, bukankah lebih tepat menulis kalimat tadi sebagaiKerajaan itu ditaklukkan antara tahun 1774 sampai 1778? Mungkin, sepertinya itu benar. Namun, aku berpendapat, untuk makna "selama kurun waktu", kalimat itu lebih tepat ditulis dengan memakai kata{mulai ... sampai/hingga ...}Kerajaan itu ditaklukkan mulai tahun 1774 hingga 1778; atau {dari ... sampai/hingga ...},Kerajaan itu ditaklukkan dari tahun 1774 sampai 1778.

Simak kembali arti kata antara menurut KBBI di atas: di tengah-tengah dua waktu ... (bukan selama dua waktu ...). Maka, menurutku, makna kedua kalimat ini pun berbeda:
[1] Adik tidur antara pukul 10.00 sampai 11.30.
[2] Adik tidur dari pukul 10.00 sampai 11.30.
Dalam kalimat [1], lamanya adik tidur tidak dipastikan, bisa saja pukul 10.15–11.25 atau pukul 10.17–11.18. Tapi, dalam kalimat [2], tegas tertulis bahwa lamanya adik tidur adalah (selama) satu setengah jam, yaitu pukul 10.00–11.30.

{antara ... atau ...}
Kalimat ini, Engkau mesti memilih antara mencintai aku atau mencintai dia, menurutku, sudah tepat. Tapi, kalimat Engkau mesti memilih antara aku atau dia, kurang tepat, dan sebaiknya ditulis sebagai Engkau mesti memilih antara aku dan dia.

{antara ... melawan ...}
Judul berita koran, misalnya pada liputan olahraga, sangat lazim menggunakan {antara ... melawan ...}. Contoh: Pertandingan antara PSMS Medan melawan Sriwijaya FC. Berpedoman pada makna dan kalimat contoh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tadi, kalimat itu seharusnya ditulis sebagai Pertandingan antara PSMS Medan dan Sriwijaya FC. Tapi, bahasa jurnalistik bersifat khas dan, dalam batas tertentu, halal untuk menyimpang dari kaidah baku tata bahasa Indonesia. Maka, andaikan aku redaktur olahraga yang menyunting judul tersebut, kata melawan akan tetap kupakai, karena kata itu lebih laku dan sedap di mata pembaca ketimbang kata penghubung dan.

Konjungsi {dengan}
Bagaimana jika kita tetap menulis preposisi antara secara bersamaan dengan konjungsi dengan seperti pada kalimat Konflik antara KPK dengan Polri? Bagiku, itu bukan masalah besar, silakan saja. Toh, pesan dalam kalimat itu tetap jelas tersampaikan dan tidak mendua. Yang penting kita sudah tahu tata kalimat yang baik dan benar. Sudah itu, tabrak saja! (Risiko ditanggung sendiri. Baca di sini.)

{antara ... atau/dan/dengan ...}
Kalimat contoh yang lain untuk pasangan kata depan dan kata penghubung {antara ... atau ...}, {antara ... dan ...}, serta {antara ... dengan ...}:
  • Yang mana lebih enak antara dicintai atau mencintai?
  • Ada perbedaan antara "di" sebagai kata depan dan "di" sebagai awalan.
  • Guru bahasa Indonesia menjelaskan apa perbedaan antara menulis cerpen dengan menulis esai.
Jika ketiga kalimat itu sudah tepat menurutmu, lanjutkan! Tapi, kalau terasa janggal, gampang saja: buang kata depan antara! Jangan biarkan ia bikin pikiranmu jadi galau!

Akhirulkalam, ingatlah judul gita lawas Iwan Fals Antara Aku, Kau,dan Bekas Pacarmu. Itu tembang yang keren, berbeda dari lagu-lagu cinta gembeng di era boyband sekarang.

PENULISAN UNSUR SERAPAN


Penulisan Unsur Serapan

Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasai asing Sansekerta, Arab, Pertugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.
Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1)unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang pengucapan dan penulisannyadisesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk keperluan itu telah diusahakan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesiamasih dpat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalamPedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasaIndonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.
Berikut ini contoh unsur serapan itu.
Baku Tidak Baku
apotek apotik
atlet atlit
atmosfer atmosfir
aktif aktip
aktivitas aktifitas
arkais arkhais
arkeologi arkheologi
akhir ahir ; akir
akhlak ahlak
advis adpis
advokat adpokat
adjektif ajektif
asas azas
asasi azasi
analisis analisa
menganalisis menganalisa
penganalisisan penganalisaan
ambulans ambulan
anggota anggauta
beranggotakan beranggautakan
keanggotaan keanggautaan
balans balan
definisi difinisi
depot depo
diferensial differensial
ekspor eksport
ekstrover ekstrovert
ekuivalen ekwivalen
esai esei
formal formil
Februari Pebruari
filologi philologi
fisik phisik
Foto photo
frekuensi frekwensi
film filem
hakikat hakekat
hierarki hirarki
hipotesis hipotesa
intensif intensip
insaf insyaf
ikhlas ihlas
ikhtiar ihtiar
impor import
intriver introvert
istri isteri
iktikad itikad
ijazah ijasah
izin ijin
ilustrasi illustrasi
jenderal jendral
jadwal jadual
kartotek kartotik
komedi komidi
konkret konkrit
karier karir
kaidah kaedah
khotbah khutbah
berkhotbah berkhutbah
konsepsional konsepsionil
konferensi konperensi
kreativitas kreatifitas
kongres konggres
kompleks komplek
katalitas katalisa
kuantum kwantum
konsekuensi konsekuwensi
kualifikasi kwalifikasi
kualitas kwalitas
kuarsa kwarsa
kuitansi kwitansi
kuorum kworum
kuota kwota
konfrontasi konfrontir
dikonfrontasi dikonfrontir
konsinyasi konsinyir
dikonsinyasi dikonsinyir
koordinasi koodinir, kordinir
dikoordinasi dikoordinir
konduite kondite
kategori katagori
dikategorikan dikatagorikan
konsesi konsessi
kelas klas
klasifikasi kelasifikasi
linguistik lingguistik
lazim lajim
likuidasi likwidasi
metode metoda
motif motip
motivasi motifasi
masyarakat masarakat
mantra mantera
manajemen managemen
manajer manager
massa masa (orang banyak)
masalah masaalah
masal massal
misi missi
November Nopember
nasihat nasehat
penasihat penasehat
nasionalisasi nasionalisir
dinasionalisasikan dinasionalisir
operasional operasionil
objek obyek
ons on
organisasi organisir
problem problim
problematik problimatik
positif positip
produktif produktip
produktivitas produktifitas
psikis psikhis
psikologi psikhologi
paspor pasport
putra putera
putri puteri
produksi produsir
memproduksi memprodusir
proklamasi praklamir
diproklamasikan diproklamirkan
profesi professi
keprofesian keprofessian
profesor professir
rasional rasionil
resistans resistan
rezeki rejeki
risiko resiko
sistem sistim
sistematika sistimatika
sistematis sistimatis
spesies spesis
sintetis sintesa
spiritual spirituil
subjek subyek
sintesis sintesa ; sintese
syakwasangka sakwasangka
syukur sukur
mensyukuri mensukuri
sah syah
sahih syahih
saraf syaraf
sutera sutra
standar standard
standardisas standarisasi
survai survei
sukses sakses
teori tiori
teoretis teoritis
telegram tilgram
telepon tilpun
tradisional tradisionil
tafsiran tapsiran
tarif tarip
teknik tehnik
teknisi tehnisi
teknologi tehnologi
teleks telek
tripleks triplek
terampil trampil
keterampilan ketrampilan
terap trap
penerapan penetrapan
transpor transport
transportasi transportir
teladan tauladan
keteladanan ketauladanan
diteladani ditauladani
tim team
terjemah terjamah
varietas varitas
wujud ujud
berwujud berujud
perwuudan perujudan
zaman jamah

HURUF DAN AKSARA BAHASA INDONESIA


Huruf adalah sama juga dengan Aksara yaitu unsur dari abjad yang melambangkan bunyi. Abjad dalam Bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.
Dua puluh enam (26) Abjad dalam Bahasa Indonesia
1. Huruf A / a dibaca a
2. Huruf B / b dibaca be
3. Huruf C / c dibaca ce
4. Huruf D / d dibaca de
5. Huruf E / e dibaca e
6. Huruf F / f dibaca ef
7. Huruf G / g dibaca ge
8. Huruf H / h dibaca ha
9. Huruf I / I dibaca i
10. Huruf J / j dibaca je
11. Huruf K / k dibaca ka
12. Huruf L / l dibaca el
13. Huruf M / m dibaca em
14. Huruf N / n dibaca en
15. Huruf O / o dibaca o
16. Huruf P / p dibaca pe
17. Huruf Q / q dibaca qi
18. Huruf R / r dibaca er
19. Huruf S / s dibaca es
20. Huruf T / t dibaca te
21. Huruf U / u dibaca u
22. Huruf V / v dibaca ve
23. Huruf W / w dibaca we
24. Huruf X / x dibaca eks
25. Huruf Y / y dibaca ye
26. Huruf Z / z dibaca zet

HURUF VOKAL DAN KONSONAN


Huruf Vokal dan Konsonan dalam Bahasa Indonesia

Dalam Bahasa Indonesia, Huruf dibagi menjadi empat kelompok, yakni :

1. Huruf Vokal atau Huruf Hidup
Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.

2. Huruf Konsonan atau Huruf Mati
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

3. Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.

4. Huruf Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.

HURUF FONEM
Fonem adalah : merupakan kesatuan bunyi bahasa yang terkecil, sedangkan fungsinya adalah sebagai pembeda makna secara garis besar fonem terbagi dua macam, yaitu yang disebut dengan vokal dan konsonan.
a. Vokal.
Vokal adalah merupakan bunyi yang dihasilkan dengan tanpa hambatan yait pada waktu udara keluar dari paru-paru melalui rongga mulut tanpa mengalami rintangan.
b. Konsonan
Konsona adalah merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mendapat hambatan, yaitu udara yang keluar dari paru-paru mengalami rintangan.
Konsonan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
- menurut jalannya udara yang keluar dari paru-par.
- Menurut bergetar dan tidaknya pita suara.
- Menurut hambatannya.
- Menurut titik artikulasinya..
Untuk menentukan banyaknya fonem pada suatu kata kita berpedoman pada huruf-huruf yang berdiri sendiri sebagai suatu lambang fonem, ada fonem yang dilambangkan dengan satu huruf, ada pula yang dilambangkan dengan dua huruf.
MORFEM DALAM BAHASA INDONESIA
Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
Contoh : Pemuda-pemuda yang jangkung belum berkesempatan mandi.
A. Morfem, morf dan alormof.
Morfem : bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya.
Morf : Variasi bentuk yang merupakan realisasi dari morfem tertentu.
Olormof : Morf merupakan variasi bnetuk suatu morfem.
B. Morfem terikat.
Morfem terikat ( Bound morpheme ) yaitu potensi untuk berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran
Contoh : dan ber- me, ,kan, dan sebagainya.
C. Morfem bebas.
Morfem bebas yaitu mofem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat.
Morfem mungkin merupakan keseluruhan kata / merupakan bagian daru suat, karena kata itu berdasarkan bentuknya terbagi menjadi kata dasar, berimbuhan, kata ulang dan majemuk.




UNSUR KALIMAT


Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)